Senin, 04 Juni 2012

Pembicara Bisu


Pembicara Bisu
Di sebuah Kerajaan tua di daerah teroiska , daerah yang terletak di sebelah utara sungai Nil.   Kerajaan tersebut dinahkodai oleh seorang raja yang sejak lahir tidak dianugerahi kecakapan untuk berbicara ataupun mendengar dalam artian bisu dan tuli. Raja ini bernama Bernard, Pangeran Bernard tepatnya. Sejak ayahnya meninggal setahun yang lalu  pangeran Bernard harus melanjutkan tahta sang ayah sebagai raja teroiska, sebab hanya dia sendiri yang berasal dari keluarga kerajaan, sang ibu sendiri meninggal ketika ia melahirkan pangeran Bernard.
Selama ini pangeran hanya bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh. Setahun masa pemerintahan pangeran Bernard, terdapat begitu banyak masalah yang silih menghadang, penyebabnya sama, karena pangeran Bernard tidak dapat mengkomunikasikan perintahnya dengan baik maka menimbulkan kesalahpahaman antara pangeran Bernard dan para pengawal kerajaanya. Bahkan pernah hampir terjadi perang antar kerajaan akibat ketersinggungan pangeran dari kerajaan Bimbold, yang merasa tidak dihargai sewaktu bertamu ke tempat pangeran Bernard.
Pangeran Bernard pun merenung dan berfikir bagaimana agar apa yang ia ingin katakan dapat dimengerti oleh orang lain dan begitu pun sebaliknya, apa yang orang lain katakan dapat ia simak dengan baik. Ia pun memerintahkan pengawalnya untuk mencarikan dirinya seorang pembicara yang dapat mengkomunikasikan seluruh pemikirannya.Walau dengan susah payah, akhirnya pengawal pun mengerti maksud dari pangeran.
Sang pengawal pun menyebarkan sayembara ini sampai ke pelosok- pelosok desa. Namun tak seorang pun yang berminat untuk ikut dalam sayembara ini, mereka pikir ini adalah hal yang mustahil “bagaimana mungkin kita bisa memahami apa yang ingin dikatakan oleh pangeran sedangkan pangeran sendiri itu bisu dan tuli, pangeran pun tidak dibekali dengan kemampuan menulis ataupun membaca” kata salah seorang masyarakat teroiska.
Dua minggu setelah sayembara itu diadakan masih tak ada seorang pun yang berminat untuk menjadi pembicara pangeran. Namun beberapa hari kemudian muncul seorang gadis pengembala yang mencoba untuk memberanikan diri mengikuti sayembara tersebut. Gadis pengembala ini ternyata juga seorang yang bisu, sang pengawal pun merasa tak yakin , jika seorang gadis bisu dapat menjadi pembicara pangeran .
Sang pengawal pun mempersilahkan sang gadis pengembala untuk bertemu dengan pangeran. Sang gadis pengembala pun mulai menyapa pangeran dengan menggunakan bahasa tubuh. Tak lama kemudian mereka pun mulai bisa menyesuaikan diri. Beranjak dari hal itu sang pengeran Bernard pun mengangkat gadis pengembala tersebut menjadi pembicaranya.
Mulai saat itu, apa yang ingin dikatakan oleh sang pangeran kepada pengawalnya ia komunikasikan dengan sang gadis pengembala dengan menggunakan bahasa tubuh, selanjutnya sang gadis pengembala menyampaikan ke pengawal dengan menggunakan bahasa tulisan, begitu pun sebaliknya jika ada yang ingin dikatakan oleh sang pengawal kepada pengeran, ia mengkomunikasikannya kepada sang gadis pengembala secara langsung, dan nantinya sang gadis pengembala mengkomunikasikan kepada pangeran dengan menggunakan bahasa tubuh.
Beberapa bulan kemudian, kondisi kerajaan mulai membaik semenjak keberadaan pembicara sang pangeran, dan beberapa tahun kemudian  pembicara yang dulunya merupakan seorang gadis pengembala sekarang sudah menjadi seorang ratu kerajaan teroiska.

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Herzlich Wilkommen in mein Blog

Herzlich Wilkommen in mein Blog
Yusri

Meine Freunden

Ich bin Schrifteller

Ketika seorang penulis hanya menunggu, maka sebenarnya ia belum menjadi dirinya sendiri”. [Stephen King]

Cari Blog Ini