Pembicara
Bisu
Di
sebuah Kerajaan tua di daerah teroiska
, daerah yang terletak di sebelah utara sungai Nil. Kerajaan tersebut dinahkodai oleh seorang
raja yang sejak lahir tidak dianugerahi kecakapan untuk berbicara ataupun
mendengar dalam artian bisu dan tuli. Raja ini bernama Bernard, Pangeran Bernard tepatnya. Sejak ayahnya meninggal setahun yang lalu pangeran Bernard
harus melanjutkan tahta sang ayah sebagai raja teroiska, sebab hanya dia sendiri yang berasal dari keluarga
kerajaan, sang ibu sendiri meninggal ketika ia melahirkan pangeran Bernard.
Selama
ini pangeran hanya bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh. Setahun
masa pemerintahan pangeran Bernard,
terdapat begitu banyak masalah yang silih menghadang, penyebabnya sama, karena
pangeran Bernard tidak dapat
mengkomunikasikan perintahnya dengan baik maka menimbulkan kesalahpahaman
antara pangeran Bernard dan para
pengawal kerajaanya. Bahkan pernah hampir terjadi perang antar kerajaan akibat
ketersinggungan pangeran dari kerajaan Bimbold,
yang merasa tidak dihargai sewaktu bertamu ke tempat pangeran Bernard.
Pangeran
Bernard pun merenung dan berfikir
bagaimana agar apa yang ia ingin katakan dapat dimengerti oleh orang lain dan
begitu pun sebaliknya, apa yang orang lain katakan dapat ia simak dengan baik.
Ia pun memerintahkan pengawalnya untuk mencarikan dirinya seorang pembicara
yang dapat mengkomunikasikan seluruh pemikirannya.Walau dengan susah payah,
akhirnya pengawal pun mengerti maksud dari pangeran.
Sang
pengawal pun menyebarkan sayembara ini sampai ke pelosok- pelosok desa. Namun
tak seorang pun yang berminat untuk ikut dalam sayembara ini, mereka pikir ini
adalah hal yang mustahil “bagaimana mungkin kita bisa memahami apa yang ingin
dikatakan oleh pangeran sedangkan pangeran sendiri itu bisu dan tuli, pangeran
pun tidak dibekali dengan kemampuan menulis ataupun membaca” kata salah seorang
masyarakat teroiska.
Dua
minggu setelah sayembara itu diadakan masih tak ada seorang pun yang berminat
untuk menjadi pembicara pangeran. Namun beberapa hari kemudian muncul seorang
gadis pengembala yang mencoba untuk memberanikan diri mengikuti sayembara
tersebut. Gadis pengembala ini ternyata juga seorang yang bisu, sang pengawal pun merasa tak yakin , jika seorang gadis bisu
dapat menjadi pembicara pangeran .
Sang
pengawal pun mempersilahkan sang gadis pengembala untuk bertemu dengan pangeran.
Sang gadis pengembala pun mulai menyapa pangeran dengan menggunakan bahasa
tubuh. Tak lama kemudian mereka pun mulai bisa menyesuaikan diri. Beranjak dari
hal itu sang pengeran Bernard pun
mengangkat gadis pengembala tersebut menjadi pembicaranya.
Mulai
saat itu, apa yang ingin dikatakan oleh sang pangeran kepada pengawalnya ia
komunikasikan dengan sang gadis pengembala dengan menggunakan bahasa tubuh,
selanjutnya sang gadis pengembala menyampaikan ke pengawal dengan menggunakan
bahasa tulisan, begitu pun sebaliknya jika ada yang ingin dikatakan oleh sang
pengawal kepada pengeran, ia mengkomunikasikannya kepada sang gadis pengembala
secara langsung, dan nantinya sang gadis pengembala mengkomunikasikan kepada
pangeran dengan menggunakan bahasa tubuh.
Beberapa
bulan kemudian, kondisi kerajaan mulai membaik semenjak keberadaan pembicara
sang pangeran, dan beberapa tahun kemudian
pembicara yang dulunya merupakan seorang gadis pengembala sekarang sudah
menjadi seorang ratu kerajaan teroiska.
0 komentar:
Posting Komentar