Sabtu, 16 Juni 2012

SIBILANGNGANG PARSENG : MAKASSAR LUMBUNG LITERASI

Hari ketiga di acara Makassar International Writers Festival (MIWF) 2012. Pada hari ini terdapat  10 item acara yang akan dilakukan, baik itu MIWF goes to campus, writing workshop, the jungle school dan masih banyak item acara lainnya. Salah satu acara yang menarik untuk dibahas pada hari ini adalah “ Book Disscusion Sibilangngang Parseng” bersama penulis- penulis ternama diantaranya Rampa Maega dan Mugniar Marakarma. Sibilangngang Parseng berarti seratus persen, maksudnya diskusi kali ini betul- betul akan membahas mengenai penulis- penulis yang berasal dari Sulawesi Selatan khususnya Makassar.

Rampa Maega merupakan salah satu narasumber pada diskusi kali ini yang sekaligus seorang penulis  dongeng ataupun cerita rakyat. Rampa Maega lahir dan besar di Toraja, setelah dewasa dia melanjutkan  pendidikannya ke tingkat universitas di salah satu perguruan tinggi yang ada di pulau Jawa. Adapun yang melatarbelakangi beliau sehingga menjadi seorang penulis ialah kegelisahan ataupun keprihatinan beliau akan cerita- cerita rakyat Toraja tidak familiar lagi di masyarakat khususnya pada anak- anak di Toraja. Beranjak dari hal tersebut beliau berniat untuk menulis dan membukukan cerita- cerita rakyat masyarakat Toraja. Harapannya agar masyarakat Toraja ataupun masyarakat di luar Toraja dapat mengetahui cerita rakyat tersebut ” tegas Rampa Maega yang sering dipanggil dengan nama Bung Rampa.

Selain itu salah satu yang memotivasi beliau untuk menjadi seorang penulis adalah karena beliau merasa telah berhutang kepada penulis- penulis yang telah ia baca bukunya. Salah satu cara untuk membayar hutang tersebut adalah dia harus menulis. Beliau berpendapat bahwa menulis merupakan salah satu cara untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada para penulis- penulis yang bukunya telah ia baca.

Selain Rampa Maega, ada juga salah seorang penulis wanita yang juga mempunyai pengalaman menarik sebagai seorang penulis . Beliau bernama Mugniar Marakarma yang juga bersatus sebagai ibu rumah tangga dari 3 orang anak. Perempuan yang sering dipanggil dengan nama ibu niar ini lahir dan besar di Makassar, beliau merupakan alumni mahasiswa Universitas Hasanuddin. Sejak kecil beliau memang sudah menggemari dibidang tulis menulis. Beliau sering menceritakan kehidupan sehari-harinya di blog pribadinya. “Menulis adalah kebutuhan jiwa, menulis juga merupakan pengobat stress “tegas Bu niar.

Salah satu hal yang menarik dari pengalaman ibu niar ini adalah beliau tidak perna berfikir untuk mebukukan catatan- catatan harianya dalam bentuk sebuah buku. Beliau menulis dan memosting tulisannya di blog hanya sebagai kebutuhan jiwa, bukan untuk persoalan komersil. Beberapa saat kemudian beliau mengikutkan blognya di salah satu ajang kompetisi besar yakni kompetisi blog harian. Dengan modal nekad, beliau pun mengikutsertakan blognya pada kompetisi tersebut. Ketekunan dan keahlian beliau mengantarkan beliau untuk menjadi salah seorang pemenang dalam kompetisi tersebut. Catatan harian bu niar yang terposting di blog pun kemudian dibukukan menjadi sebuah buku, yang sekarang sudah bisa didaparkan di toko- toko gramedia terdekat.

Diskusi kali ini berjalan dengan baik dibawah kendali  Khrisna Pabhicara selaku moderator. Respon audiens pun sangat tinggi dalam mengikuti diskusi kali ini. Hal tersebut terlihat dari banyaknya peserta yang tertarik untuk mengorek informasi dari kedua narasumber. “ Bagaimana menangkap dan menjaga ide- ide kecil atau sederhana menjadi ide- ide yang besar” tegas salah satu pertanyaan dari peserta yang ditujukan kepada kedua narasumber.

Bagaimana cara kita memaknai kehidupan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ide tersebut, selain itu sebuah ide harus dilandasi oleh ketangguhan- ketangguhan emosi, intelektual dan yang paling penting adalah ketangguhan spiritual” Jawab Bu Niar. Selanjutnya Bung Rampa memperjelas bahwa sebuah ide besar ataupu ide kecil itu bergantung dari diri pribadi seseorang, bagaimana kita memaknai ide tersebut. Kadang kala kita berpendapat bahwa itu adalah ide besar, namun kadang kala orang lain berpendapat bahwa itu adalah ide kecil, begitupun sebaliknya.

Sebagai penutup diskusi, Khrisna Pabhicara selaku meoderator mengatakan bahwa “ Sulawesi Selatan merupakan lumbung literasi, jadi marilah kita manfaatkan dan kembangkan potensi kita dilumbung literasi tersebut. (15/06/2012)

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Herzlich Wilkommen in mein Blog

Herzlich Wilkommen in mein Blog
Yusri

Meine Freunden

Ich bin Schrifteller

Ketika seorang penulis hanya menunggu, maka sebenarnya ia belum menjadi dirinya sendiri”. [Stephen King]

Cari Blog Ini