Hari
ketiga di acara Makassar International Writers Festival (MIWF) 2012. Pada hari
ini terdapat 10 item acara yang akan
dilakukan, baik itu MIWF goes to campus,
writing workshop, the jungle school dan masih banyak item acara lainnya.
Salah satu acara yang menarik untuk dibahas pada hari ini adalah “ Book Disscusion Sibilangngang Parseng”
bersama penulis- penulis ternama diantaranya Rampa Maega dan Mugniar Marakarma.
Sibilangngang Parseng berarti seratus persen, maksudnya diskusi kali ini betul-
betul akan membahas mengenai penulis- penulis yang berasal dari Sulawesi
Selatan khususnya Makassar.
Rampa
Maega merupakan salah satu narasumber pada diskusi kali ini yang sekaligus
seorang penulis dongeng ataupun cerita
rakyat. Rampa Maega lahir dan besar di Toraja, setelah dewasa dia
melanjutkan pendidikannya ke tingkat
universitas di salah satu perguruan tinggi yang ada di pulau Jawa. Adapun yang
melatarbelakangi beliau sehingga menjadi seorang penulis ialah kegelisahan
ataupun keprihatinan beliau akan cerita- cerita rakyat Toraja tidak familiar
lagi di masyarakat khususnya pada anak- anak di Toraja. Beranjak dari hal
tersebut beliau berniat untuk menulis dan membukukan cerita- cerita rakyat
masyarakat Toraja. Harapannya agar masyarakat Toraja ataupun masyarakat di luar
Toraja dapat mengetahui cerita rakyat tersebut ” tegas Rampa Maega yang sering
dipanggil dengan nama Bung Rampa.
Selain
itu salah satu yang memotivasi beliau untuk menjadi seorang penulis adalah
karena beliau merasa telah berhutang kepada penulis- penulis yang telah ia baca
bukunya. Salah satu cara untuk membayar hutang tersebut adalah dia harus
menulis. Beliau berpendapat bahwa menulis merupakan salah satu cara untuk
mengucapkan rasa terima kasih kepada para penulis- penulis yang bukunya telah
ia baca.
Selain
Rampa Maega, ada juga salah seorang penulis wanita yang juga mempunyai
pengalaman menarik sebagai seorang penulis . Beliau bernama Mugniar Marakarma
yang juga bersatus sebagai ibu rumah tangga dari 3 orang anak. Perempuan yang
sering dipanggil dengan nama ibu niar ini lahir dan besar di Makassar, beliau
merupakan alumni mahasiswa Universitas Hasanuddin. Sejak kecil beliau memang
sudah menggemari dibidang tulis menulis. Beliau sering menceritakan kehidupan
sehari-harinya di blog pribadinya. “Menulis adalah kebutuhan jiwa, menulis juga
merupakan pengobat stress “tegas Bu niar.
Salah
satu hal yang menarik dari pengalaman ibu niar ini adalah beliau tidak perna
berfikir untuk mebukukan catatan- catatan harianya dalam bentuk sebuah buku.
Beliau menulis dan memosting tulisannya di blog hanya sebagai kebutuhan jiwa,
bukan untuk persoalan komersil. Beberapa saat kemudian beliau mengikutkan
blognya di salah satu ajang kompetisi besar yakni kompetisi blog harian. Dengan
modal nekad, beliau pun mengikutsertakan blognya pada kompetisi tersebut.
Ketekunan dan keahlian beliau mengantarkan beliau untuk menjadi salah seorang
pemenang dalam kompetisi tersebut. Catatan harian bu niar yang terposting di
blog pun kemudian dibukukan menjadi sebuah buku, yang sekarang sudah bisa
didaparkan di toko- toko gramedia terdekat.
Diskusi
kali ini berjalan dengan baik dibawah kendali
Khrisna Pabhicara selaku moderator. Respon audiens pun sangat tinggi
dalam mengikuti diskusi kali ini. Hal tersebut terlihat dari banyaknya peserta
yang tertarik untuk mengorek informasi dari kedua narasumber. “ Bagaimana
menangkap dan menjaga ide- ide kecil atau sederhana menjadi ide- ide yang
besar” tegas salah satu pertanyaan dari peserta yang ditujukan kepada kedua
narasumber.
Bagaimana
cara kita memaknai kehidupan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ide
tersebut, selain itu sebuah ide harus dilandasi oleh ketangguhan- ketangguhan
emosi, intelektual dan yang paling penting adalah ketangguhan spiritual” Jawab
Bu Niar. Selanjutnya Bung Rampa memperjelas bahwa sebuah ide besar ataupu ide
kecil itu bergantung dari diri pribadi seseorang, bagaimana kita memaknai ide
tersebut. Kadang kala kita berpendapat bahwa itu adalah ide besar, namun kadang
kala orang lain berpendapat bahwa itu adalah ide kecil, begitupun sebaliknya.
Sebagai
penutup diskusi, Khrisna Pabhicara selaku meoderator mengatakan bahwa “
Sulawesi Selatan merupakan lumbung literasi, jadi marilah kita manfaatkan dan
kembangkan potensi kita dilumbung literasi tersebut. (15/06/2012)
0 komentar:
Posting Komentar